x
Lifestyle

“Living First 2025: Ruang, Rasa, Rupa” Wujud Peduli Pelestarian Budaya Seiring Berkembangnya Astra Property

“Living First 2025: Ruang, Rasa, Rupa” Wujud Peduli Pelestarian Budaya Seiring Berkembangnya Astra Property
  • PublishedSeptember 19, 2025

IndonesianJournal.id, Jakarta – Rayakan 9 tahun kiprah Astra Property menggelar Living First 2025 dengan mengangkat tema Ruang, Rasa, Rupa. Kegiatan yang merupakan pameran seni dan budaya ini digelar dari 19-21 September 2025, dengan mengambil lokasi di Catur Dharma Hall, Menara Astra, Jakarta Pusat.

Living First tahun ini mengeksplor kekayaan budaya Nusa Tenggara Timur yang merupakan kolaborasi Astra Property dengan Uma Nusantara dengan mengusung semangat elevating life.

“Astra Property resmi berdiri pada 2016 menjadi lini ke-7 dari Astra Group. Living First 2025 merupakan wujud dari kesadaran kami, bahwa pembangunan property harus seiring dengan upaya pelestarian budaya Indonesia untuk mewujudkan iklim bisnis yang berkelanjutan. Pelestarian nilai budaya dan arsitektur sebagai fondasi untuk membangun ruang hidup yang tidak hanya bermakna, tapi juga berkelanjutan,” jelas Demmy Indranugroho selaku Head of Leasing Management & Corporate Communications Astra Property. 

Lebih lanjut, Demmy menjelaskan bahwa, Astra Property menyadari bahwa membangun bukan sekedar menciptakan struktur fisik, tapi juga menghadirkan ruang untuk berkembang dan membangun kehidupan berkwalitas. Acara tahunan ini menjadi forum untuk memberikan inspirasi dan juga mengumpulkan karya-karya berkwalitas dari komunitas. Living First menunjukan bahwa pembangunan berkelanjutan bukan sekedar soal lingkungan, tapi juga tentang pelestarian unsur-unsur kehidupan, salah satunya adalah warisan budaya Indonesia.

“Melalui Living First 2025, kami mengajak masyarakat merasakan bagaimana ruang dapat membentuk rasa memiliki serta berkontribusi pada kehidupan urban yang inklusif dan bermakna,” tegas Demmy lagi.

Pada ruang pameran yang dipenuhi dengan segala sesuatu yang bernafaskan NTT, tidak hanya menghadirkan tenun khas NTT, tapi juga bangunan rumah adat. Baik berupa miniatur, mau pun berupa gambar yang memenuhi sebagian dinding ruang pameran. Selain itu, melengkapi kain tenun, berbagai aksesories khas NTT. Termasuk berbagai pajangan yang mempermanis ruang bangun.

Selain kain dan pernik khas NTT, pameran ini juga disertai dengan pameran kontemporer hadir melalui pameran “Alur” yang memamerkan lebih dari 90 karya dari 36 seniman ternama Indonesia, termasuk I Nyoman “Ateng” Adiana, Arief Witjaksana, dan Hybridium. Karya-karya ini menginterpretasikan tema “Ruang, Rasa, Rupa” dalam konteks perjalanan budaya yang menghubungkan masa lalu, kini, dan masa depan.

 

 

 

 

Written By
Tim Redaksi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!