Dua Instalasi Busana Dengan Dua Tema Berbeda Persembahan 25 Desainer IFDC

IndonesianJournal.id, Jakarta – Terletak di Promenade, Ground Floor Senayan City, 12 desainer Indonesia yang tergabung dalam Indonesia Fashion Designers Council (IFDC) menggelar intalasi busana yang diselenggarakan dari 18-28 September 2025.
Instalasi yang merupakan hasil kerjasama antara Indonesia Fashion Designer Council (IFDC) dengan Senayan City dan iForte ini menghadirkan dua instalasi yang terletak di lantai yang sama di Senayan City, namun memiliki konsep yang berbeda.
Instalasi pertama menghadirkan gaun-gaun megah nan menawan dengan menggunkan warna hitam sebagai warna wajib. Dan setiap desainer mengeluarkan 3 rancangan untuk kebutuhan instalasi ini yang berhasil memberikan kesan mewah, magis, kuat, namun tidak meninggalkan keanggunan.

“Untuk instalasi mode kali kita mengusung tema “Archive”. Gaya Archive menghadirkan 75 busana arsip dan terbaru yang dikurasi dalam balutan warna hitam, di mana warna hitam adalah warna yang abadi, kuat, dan penuh makna. Setiap desainer IFDC berpartisipasi dengan menampilkan 3 looks, yang mencerminkan perjalanan kreatif mereka, baik dari koleksi terdahulu maupun koleksi terkini.” papar Reza, perwakilan dari Indonesian Fashion Designer Council.
Salah satu desainer yang ikut memajang karyanya pada instalasi serba hitam ini adalah Ria Miranda. Seorang fashion designer yang selama ini memiliki karya hijab friendly yang juga turut berpartisipasi membagikan rasa bahagianya dapat bergabung dalam Gaya Archive.
“Aku masih mengusung gaya hijab friendly, dan ini salah satu tantangan buat aku ya. Selama ini aku terbiasa mengusung warna bunga, nude. Yang kalem-kalem gitu. Tiba-tiba harus bikin desain warna hitam. Kesulitannya ya karena aku harus bisa merepresentasikan ciri khas desainku selama ini, tapi ke dalam busana berwarna hitam. Pokoknya gimana caranya walau pakai warna hitam, tetap bisa menunjukan ciri khas dari produkku.” jelas Ria Miranda yang hadir pada acara pembukaan Gaya Archive, Jumat 19 September 2025.

Instalasi kedua menampilkan megah dan anggunnya busana daerah. Terlihat lebih colorfull dan mewah dengan penggunaan payet dan benang emas pada setiap set busana yang dipajang dengan latar belakang lagu-lagu daerah yang telah di arrangement ulang.
Para desainer ini merespons kekayaan budaya Indonesia dengan melakukan riset mendalam pada busana daerah, lalu mengolahnya ke dalam karya kontemporer yang relevan dengan kebutuhan narasi panggung modern. Dari siluet, tekstur, hingga permainan warna, kostum yang ditampilkan menjadi simbol keberlanjutan budaya yang berakar pada tradisi namun tetap segar dalam konteks masa kini.
Pameran ini tidak hanya menjadi ruang apresiasi, tetapi juga jembatan antara dunia mode, seni pertunjukan, dan publik. Senayan City sebagai pusat gaya hidup dan mode di Jakarta menjadi tuan rumah ideal untuk menghadirkan karya instalasi yang menggabungkan unsur budaya, seni, dan fashion ke dalam sebuah pengalaman yang inspiratif.
Acara ini turut didukung oleh Bakti Budaya Djarum Foundation, Yen’s Kreatif, dan Dapur Mama Nina, yang bersama-sama memperkuat kolaborasi lintas sektor demi kemajuan ekosistem seni dan budaya Indonesia.
Gaya Archive di Senayan City menjadi bukti nyata bagaimana mode dapat berfungsi sebagai medium seni, arsip sejarah, sekaligus jendela masa depan. Melalui karya-karya ikonis IFDC berharap publik dapat melihat bagaimana perjalanan mode Indonesia terus berkembang, sekaligus tetap terhubung dengan akar budayanya.
Seluruh desainer anggota IFDC yang berpartisipasi dalam ‘Gaya Archive’ mereka adalah : Andreas Odang, Adeline Esther, Carmanita, Chossy Latu, Danny Satriadi, Denny Wirawan, Didi Budiardjo, Eddy Betty, Era Soekamto, Eridani, Ghea Panggabean, Hian Tjen, Ivan Gunawan, Liliana Lim, Mel Ahyar, Monica Ivena, Priyo Oktaviano, Rama Dauhan, Ria Miranda, Sebastian Gunawan, Stella Rissa, Wilsen Willim, Yogie Pratama, Yongki Budisutisna, dan Yosafat Dwi Kurniawan.