Wednesday, December 31, 2025
HomeEntertainmentAda Pendewasaan Diri di Balik Cinta Beda Agama "Patah Hati yang Kupilih"

Ada Pendewasaan Diri di Balik Cinta Beda Agama “Patah Hati yang Kupilih”

Bukan sekedar kisah cinta beda agama picisan

IndonesianJournal.id, Jakarta – Sinemaku Pictures menutup tahun 2025 dengan sebuah persembahan manis karya film keluarga berjudul Patah Hati yang Kupilih. Film yang tayang di bioskop Indonesia mulai hari ini (24/12/2025) menghadirkan Prilly Latuconsina dan Bryan Domani.

Patah Hati yang Kupilih
Patah Hati yang Kupilih

Karya Sinemaku kali ini jauh lebih dewasa daripada karya-karya sinematik sebelumnya. Diproduseri oleh Umay Shahab bersama Prilly dan Bryan, film ini menjadi penanda eksplorasi baru.

Bagi rumah produksi yang biasanya lekat dengan kisah Gen Z tersebut, kehadiran sutradara Danial Rifki dipercaya mampu memberikan sentuhan emosional. Sentuhan yang berbeda dalam memotret kompleksitas hubungan antar manusia di film ini.

Kisah bermula dari pertemuan kembali Ben dan Alya. Sepasang mantan kekasih ini terpaksa terikat kembali akibat sebuah “kesalahan besar” di masa lalu. Hubungan mereka tidak hanya diuji oleh tembok perbedaan agama yang kokoh, tetapi juga kehadiran seorang anak yang tidak direncanakan.

Di tengah perjuangan untuk mendapatkan restu orang tua yang alot, keduanya harus tegar menjalani peran sebagai orang tua bagi anak mereka. Penonton akan diajak menyelami dilema batin dua orang dewasa yang berusaha melawan rasa cinta dalam situasi yang rumit.

Meski premis utamanya menyinggung cinta beda keyakinan, film ini sejatinya menawarkan lapisan konflik yang jauh lebih dalam. Baik itu tentang pendewasaan diri dan tanggung jawab.

“Di film ini, penonton akan melihat perjalanan pendewasaan diri dari sebuah hubungan cinta (yang serba dilematis),” ujar Bryan Domani, pemeran Ben sekaligus produser Film Patah Hati yang Kupilih.

Di lain pihak, sang sutradara, Danial Rifki berhasil menekankan premis film yang tidak  sekadar menyoroti perbedaan agama. Prilly Latuconsina juga berhasil memerankan Alya, sebagai seorang orang tua tunggal yang dibayang-bayangi ibunya sendiri. Elemen parenting dan konsekuensi hidup inilah yang menjadi nyawa utama cerita.

Konflik semakin tajam dengan kehadiran sosok Ibu Rahma, ibunda Alya yang diperankan dengan Marissa Anita. Karakter ini merepresentasikan ketakutan seorang ibu yang protektif karena trauma masa lalunya sendiri. Ia kerap ikut campur dalam urusan cinta sang anak.

Pada akhirnya, Patah Hati yang Kupilih adalah sebuah perjalanan visual tentang kejujuran dan keberanian untuk tidak egois dalam sebuah hubungan. Film ini memberikan ruang bagi penonton untuk merenungi makna perbedaan dan penerimaan dalam lingkup keluarga. (sandz)

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisment -
Google search engine

Most Popular

Recent Comments