Laporan Nafas Buka Data: Partikel Polusi Udara Di Indonesia Enam Kali Lipat di Atas Batas Aman WHO

IndonesianJournal.id, Jakarta – Data WHO (Ambient Air Pollution, 2023) menunjukkan bahwa Indonesia pernah masuk dalam 10 negara dengan tingkat polusi udara tertinggi di dunia. Kondisi ini juga diperkuat oleh laporan Nafas Indonesia (Laporan Kualitas Udara Indonesia 2024) yang mencatat Jabodetabek dan Bandung Raya sebagai wilayah dengan polusi tertinggi selama 2024, disusul Semarang, Malang Raya, DI Yogyakarta, dan Surabaya.
Konsentrasi partikel mikro PM2.5 menjadi perhatian utama. Berdasarkan laporan Nafas Buka Data (Mei–Juni 2025), rata-rata konsentrasi bulanan PM2.5 di Indonesia pada Juni 2025 mencapai 32,3 µg/m³. Angka ini enam kali lipat di atas batas aman WHO (5 µg/m³) dan lebih dari dua kali ambang batas nasional (15 µg/m³). PM2.5 sendiri adalah partikel polusi udara berukuran kurang dari 2,5 mikrometer, atau setara 36 kali lebih kecil dari diameter sebutir pasir yang tidak terlihat oleh mata, mudah terhirup, dan dapat menempel di berbagai permukaan, termasuk pakaian.
“PM2.5 bisa masuk ke paru-paru dan menembus aliran darah, meningkatkan risiko gangguan kesehatan,” jelas Dinda Shabrina, Research & Collaboration Manager NAFAS Foundation, sebuah inisiatif nirlaba Nafas Indonesia yang berfokus pada kualitas udara melalui misi sosial, edukasi, dan riset, yang ditemui pada moment peluncuran SoKlin Liquid Nature Fresh Detox yang diselenggarakan di Sarinah, Thamrin. Pada Jum’at (17/10).
“Karena bentuknya partikel, ia bisa menempel di kulit dan pakaian, memperpanjang paparan bahkan setelah kita meninggalkan area berpolusi. Meski hujan dan angin bisa menurunkan polusi sementara, partikel ini sebenarnya hanya berpindah, jatuh ke permukaan mencemari tanah, air, tanaman, atau terhirup tubuh. Kita bisa proaktif meningkatkan kesadaran, seperti rutin memantau tingkat polusi secara real-time, untuk membantu kita mengambil langkah mitigasi personal sembari mendorong solusi dari sisi sumber,” lanjut Dinda.
Dampak paparan PM2.5 tidak hanya berisiko bagi kesehatan, tetapi juga memengaruhi kehidupan sehari-hari. Partikel mikro ini dapat menempel dan “memperpendek usia pakaian”, membuat warna baju cepat kusam, menjadikan serat kain menjadi kasar dan mudah rusak.
Ditemui pada moment yang sama Joanna Elizabeth Samuel, Marketing Manager Fabric Care Category WINGS Group Indonesia, inovasi SoKlin Liquid Nature Fresh Detox lahir dari kepekaan brand dalam menangkap isu dan keresahan konsumen terhadap polusi udara dan dampaknya. “Paparan partikel mikro dari polusi udara ternyata tidak hanya berdampak pada kesehatan fisik, tapi juga pada pakaian kita. Detoksifikasi atau penetralan toksin menjadi sangat diperlukan agar dapat meminimalkan dampak polusi bagi tubuh hingga pakaian kita sehari-hari.”
“Green tea extract kaya akan antioksidan yang membantu melawan efek buruk polusi dan radikal bebas. Jadi, manfaatnya bukan hanya baik untuk kulit, tapi juga mendukung proses detoks alami dengan membersihkan sisa kotoran, debu, dan polutan yang menempel. Hasilnya, tubuh dan kulit terasa lebih segar, tidak mudah kusam, dan kita pun lebih nyaman beraktivitas seharian,” papar dr. Nadia Alaydrus, Content Creator sekaligus Ahli Kesehatan yang juga hadir pada kesempatan tersebut. Nadia menekankan bahwa Green Tea Extract dapat menjadi solusi alami untuk membantu menangkal dampak polusi.
Melalui peluncuran ini, WINGS Group Indonesia melalui SoKlin Liquid Nature Fresh Detox menegaskan komitmennya dalam menghadirkan inovasi berbasis riset dan presisi teknologi dalam memenuhi kebutuhan konsumen modern yang meningkat. Hadirnya inovasi produk terbaru berkualitas tinggi dan ketersediaan produk yang dihadirkan SoKlin Liquid Nature Fresh Detox, sejalan dengan komitmen WINGS Group Indonesia dalam menyediakan kebaikan yang dapat dijangkau oleh seluruh masyarakat, agar tercipta kehidupan yang lebih baik.