IndonesianJournal.id, Solo – Musik kerap lahir dari kejujuran rasa, dari pengalaman hidup yang tidak selalu manis. Itulah yang dialami oleh Andika Wardana, seorang pencinta musik yang menjadikan luka terdalam dalam hidupnya sebagai sumber karya yang penuh makna.
Lahir pada 04 Februari 1991, Andika dikenal sebagai sosok yang aktif dan mencintai berbagai aktivitas seperti musik, renang, dan olahraga. Ketertarikannya pada dunia musik sudah tumbuh sejak tahun 2000. Di masa itu, ia banyak terinspirasi dari lagu-lagu band besar Indonesia seperti Peterpan dan Ungu, yang secara tidak langsung membentuk selera dan warna musikalitasnya.
Perjalanan musik Andika mulai terasa serius ketika ia duduk di bangku SMK pada tahun 2008. Saat itu, ia sempat membentuk sebuah band dan mulai mengenal dunia bermusik lebih dalam. Namun, perjalanan tersebut tidak selalu mulus. Aktivitas bermusiknya sempat vakum hingga ia melanjutkan pendidikan ke bangku kuliah pada tahun 2010. Di masa kuliah, Andika kembali membentuk band, tetapi kebersamaan itu hanya bertahan hingga ia lulus pada tahun 2015.
Pasca kelulusan, Andika memilih jalur yang lebih personal. Sejak tahun 2015, ia mulai mencoba menciptakan nada dan menulis lirik sendiri. Dari proses pencarian jati diri inilah, lahir sebuah lagu yang sangat personal berjudul “Luka Hati.”
Lagu Luka Hati bukan sekadar rangkaian kata dan melodi. Lagu ini tercipta dari pengalaman pahit yang benar-benar ia alami. Saat masih kuliah, Andika memiliki seorang pacar dan beberapa teman yang ia anggap baik. Namun, kenyataan berkata lain.
Pengkhianatan datang dari orang terdekat, dari teman yang selama ini ia percaya.
Tanpa disengaja, ia melihat seseorang yang ia kenal baik, berjalan berdua dengan pacarnya di area yang sama. Momen itu menjadi titik balik emosional dalam hidupnya.
“Tuhan itu baik,” ujar Andika mengenang peristiwa tersebut. “Wanita yang saya sayang justru memperlihatkan semuanya secara langsung di depan mata saya sendiri.”
Dari situlah, lirik dan nada mengalir begitu saja, tanpa dibuat-buat. Rasa sakit yang mendalam menjelma menjadi lagu Luka Hati.
Lagu ini menjadi bukti bahwa musik adalah bahasa paling jujur untuk menyalurkan emosi. Setiap bait dalam Luka Hati merekam kepedihan, kekecewaan, sekaligus keikhlasan yang perlahan tumbuh. Namun di balik luka tersebut, tersimpan hikmah besar. Pengalaman pahit itu justru mendorong Andika untuk terus berkarya dan menciptakan lagu-lagu orisinal hasil buah pikir dan perasaannya sendiri.
Kini, Luka Hati bukan hanya lagu tentang pengkhianatan, tetapi juga tentang proses pendewasaan, penerimaan, dan kebangkitan. Sebuah karya yang lahir dari luka, namun memberi harapan bagi siapa pun yang pernah merasakan sakit yang sama.

